Serangan Baru yang Mengguncang Dolar AS dan Pasar Global Trump vs Powell

Pada tanggal 26 Juni 2025, pasar global diguncang oleh kabar bot spaceman bahwa Presiden Donald Trump mempertimbangkan untuk mencopot atau mengganti Ketua The Fed, Jerome “Jay” Powell, sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei 2026. Munculnya spekulasi ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap independensi Federal Reserve dan kredibilitas kebijakan moneter AS.

1. Pelemahan Tajam Dolar AS

Berita penggantian Powell memicu respons instan dari pasar mata uang. Dolar AS melemah signifikan, mencapai level terendah tiga tahun terhadap sekeranjang mata uang utama. Bahkan indeks dolar (DXY) mencatat penurunan sekitar 10% sepanjang tahun ini, termasuk kemungkinan tren kehilangan nilai selama enam bulan berturut‑turut terakhir—fenomena yang belum terlihat sejak 2017 .

2. Gejolak di Pasar Global

Investor segera beralih dari dolar menuju aset safe-haven:

  • Emas meroket ke level tertinggi sepanjang masa — menyentuh rekor di kisaran US$3.500–3.425 per ons.
  • Swiss franc dan euro menguat ke level tertinggi terbarunya—Swiss franc mencatat rekor dekade, dan euro di level tertinggi sejak November 2021 .
  • Yen Jepang, kerap menjadi aset refuge, juga mendapat aliran modal investor .

3. Mekanisme Reaksi Pasar

Mengapa serangan Trump berdampak begitu cepat dan luas?

  • Ketidakpastian moneter: Pasar sangat bergantung pada independensi The Fed untuk meredam inflasi; tekanan politik meningkatkan risiko inflasi dan mengganggu stabilisasi ekonomi.
  • Ekspektasi suku bunga: Kemungkinan datangnya suku bunga rendah baru membebani dolar dan memicu kenaikan harga emas. Namun, Powell menunjukkan bahwa The Fed akan menunggu sinyal yang lebih jelas dari pengaruh kebijakan Trump .
  • Flight to quality: Saat dolar melemah, modal mengalir ke aset seperti emas, franc, yen, dan obligasi—meski imbal hasil obligasi 10‑tahun sempat naik karena kekhawatiran inflasi.

4. Dampak Terhadap Pasar Ekuitas & Obligasi

T memberi tekanan besar pada pasar saham global:

  • S&P 500 dan indeks Nasdaq mencatat koreksi lebih dari 2% pada sesi perdagangan setelah Trump menyerang Powell.
  • Imbal hasil obligasi AS—yang biasanya turun saat dolar melemah—justru meningkat (10‑tahun pada kisaran 4,4%) karena kekhawatiran inflasi dan ekspektasi kebijakan moneter longgar .

5. Reaksi Politik & Ekonomi Global

  • Analis memperingatkan bahwa skenario ini bisa menimbulkan “currency war” jika The Fed ditekan untuk memangkas suku bunga secara drastis demi mendukung dolar.
  • Beberapa pihak menyandingkan situasi ini dengan krisis mata uang di Turki dan Argentina, di mana campur tangan politik pada bank sentral mendorong inflasi tinggi dan pelemahan tajam mata uang.
  • Di Eropa, penguatan euro mengindikasikan sentimen pasar yang berpindah dari dolar. Sentimen ini juga membayangi rencana pertumbuhan dan konsumsi—salah satunya terkait data sentimen konsumen Jerman mendatang .

6. Risiko Jangka Panjang

Beberapa risiko serius yang perlu diwaspadai:

  • Hilangnya kepercayaan global: Jika dolar AS kehilangan statusnya sebagai safe-haven utama atau mata uang cadangan dominan, biaya utang pemerintah bisa meningkat dan AS bisa mengalami penurunan leverage global.
  • Inflasi persistensi: Campur tangan politik untuk menurunkan suku bunga bisa memicu inflasi yang melekat, menurunkan daya beli, dan memukul pertumbuhan industri.
  • Volatilitas luar kendali: Kombinasi dari kebijakan trade-war Trump (termasuk tarif tinggi) dan guncangan moneter potensial bisa mendorong pasar ke skenario stagflasi .

7. Powell & The Fed: Sikap Tangguh

Menanggapi tekanan tersebut, Powell merespons dengan tegas:

  • Menegaskan bahwa keputusan suku bunga Fed dibuat berdasarkan data dan analisis ekonomi, bukan tekanan politik.
  • Menyatakan Fed akan menunggu “greater clarity” terkait dampak kebijakan Trump (termasuk tarif, fiskal, dan kebijakan luar negeri) sebelum bertindak.

Kesimpulan & Implikasi

Serangan baru Trump terhadap Powell dan pewacanaan penggantian Ketua The Fed telah menjadi pemicu utama gejolak pasar global. Dampak yang terlihat nyata adalah pelemahan dolar, reli emas, dan gejolak di pasar saham dan obligasi. Risiko jangka panjangnya bukan hanya terkait kredibilitas The Fed, tetapi juga kepercayaan global terhadap dolar sebagai mata uang cadangan utama.

Investor sebaiknya waspadai beberapa hal berikut:

  1. Trajektori suku bunga AS dan sinyal dari The Fed di tengah tekanan politik.
  2. Pergerakan harga emas dan bond yields sebagai indikator flight-to-quality.
  3. Kebijakan tarif dan trade-war yang bisa memperburuk inflasi global dan memicu stagflasi.

Powell saat ini berdiri di antara dua tekanan: memilih menahan kebijakan untuk menjaga independensi dan kredibilitas, atau menyesuaikan untuk meringankan dampak tekanan politik AS. Risikonya: terlalu pasif memperlambat pertumbuhan, terlalu agresif bisa menimbulkan inflasi tak terkendali.

Dengan dinamika yang berkembang cepat dan sentimen yang mudah berpindah, pasar global harus lebih berhati-hati dari sebelumnya. Nasib dolar, The Fed, dan kestabilan ekonomi dunia sedang diuji.